Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11

kecil dikorbankan. Salah satu kasusnya adalah eksplorasi tambang
emas di Papua yang dianggap merugikan daerah Papua dan
mengorbankan rakyat, bahkan lebih menguntungkan pejabat pusat
ketimbang rakyat Papua. Fenomena serupa juga terjadi di sejumlah
daerah lain, SKA dieksploitasi namun kesejahteraan masyarakat lokal
tidak meningkat. Lebih menyedihkan lagi aktivitas eksploitasi SKA di
suatu daerah hanya menguntungkan pemilik modal dan pekerja migran.

         Mudah ditebak, masyarakat lokal yang terperangkap dalam
kondisi seperti itu psikologisnya amat labil, dan itu berpengaruh
terhadap struktur sosial. Kelabilan struktur sosial ini dapat menyebabkan
munculnya sikap perlawanan yang menghasilkan konflik (Djunaidi,
2003), terutama disebabkan oleh ketimpangan penguasaan sumber
produktif (Malik, 2003), atau secara lebih luas ketimpangan dalam
penguasaan social capital.

d. Gatra Ideologi.
         Bagi bangsa Indonesia, tidak ada tawar-menawar lagi bahwa

Pancasila merupakan ideologi sekaligus sebagai falsafah. Secara teori
dapat dijelaskan bahwa seseorang akan komit dan meyakini kebenaran
suatu ideologi jika hal tersebut dianggap berguna baginya, begitu juga
sebaliknya. Wujud komitmen keyakinan terhadap ideologi ini
direpresentasikan dalam bentuk nasionalisme. Walaupun nasionalisme
ini bersifat dialektik, tapi ruh dan spirit (ghirrah) tidak berubah. Menyikapi
realita ini tampaknya pembangunan ideologi tidak cukup dilakukan
dengan kegiatan edukasi penanaman doktrin ideologi melalui
penanaman konsepsi wawasan kebangsaan, Wasantara dan paham
Tannas saja, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kebijakan
pemerintah sejalan dengan ideologi Pancasila. Kebijakan publik
haruslah selalu diakari semangat yang ada dalam nilai-nilai budaya lokal
maupun yang terdapat dalam ideologi Pancasila.

                                                                                                31
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16