Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI

2) Peta Gerakan Separatisme Indonesia.
Selain berdasarkan penyebab, gerakan separatisme

Indonesia juga dapat dipetakan yang lebih kurang mengikuti garis
pemisah Wallace (Wallace Line) (Ristek, 2001). Jenis gerakan
separatisme di wilayah Indonesia Barat lebih bersifat vertikal yaitu
antara pemerintah atau aparat pemerintah yang berhadapan
dengan warga negara, Sementara di wilayah Indonesia Timur
lebih bersifat horizontal yaitu antara sesama warga. Kenyataan ini
ada kaitannya dengan mozaik masyarakat yang berbeda antara
wilayah Indonesia barat dengan timur. Wilayah Indonesia Barat
keragaman suku dan agama masyarakat yang mendiami suatu
satuan wilayah sosial relatif heterogen, paling tidak dalam satuan
wilayah provinsi atau kabupaten. Kendatipun ada perbedaan
etnis seperti di Aceh, tapi agama mereka sama. Wilayah yang
relatif majemuk adalah Sumatera Utara, yaitu penduduknya suku
Melayu (Melayu Deli) yang beragama Islam dan Batak yang
beragama Kristen Protestan. Sebaliknya, di wilayah Indonesia
Timur tingkat kemajemukan suku dan agama relatif tinggi dalam
setiap kesatuan wiiayah, bahkan dalam satuan kecamatan
terdapat kemajemukan suku dan agama yang cukup tinggi
(Ristek, 2001.

Misalnya, Kabupaten Sambas, Kalbar yang pada tahun
2001 berpenduduk 458.291 jiwa terdiri atas lima suku bangsa
yakni Melayu, Cina, Dayak, Madura, dan Jawa (Tumanggor, ddk,
2005). Keragaman agama juga dapat dilihat di Sampit yang pada
tahun 2001 berpenduduk 485.200, dan agama yang mereka anut
terdiri atas Islam, Kaharingan (agama suku Dayak), Kristen
Protestan, Budha, dan Katolik. Kemajemukan agama juga terlihat
di kalangan penduduk Ambon. Menurut Tumanggor, dkk (2005)
penduduk Ambon terdiri atas pemeluk Kristen Protestan dan
Islam masing-masing 43,81 % dan 49,44 %. Selebihnya adalah
pemeluk Katolik 6,35 %, Hindu 0,15 %, dan Budha 0,45 %.
Jumlah penduduk penganut Islam dengan Kristen hampir

68