Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9
berimbang, tapi perimbangan ini kemungkinan akan berubah
karena banyak pendatang baru dari Sulawesi dan Jawa.
c. Penyelesaian gerakan separatisme ke depan yang
diharapkan.
Berpijak pada realitas ke-Indonesiaan yang demikian pluralis dan
peta konflik akhir-akhir ini, tidaklah berlebihan kalau dalam penyelesaian
separatisme lokal ke depan harus kembali ke basis ke-Indonesiaan.
Untuk konteks Papua, yang dimaksudkan adalah berbasis ke-Papuaan.
Untuk itu diperlukan skenario yang jelas dengan proyeksi tahapan
pencapaian yang diharapkan. Proyeksi ini terdiri atas tiga skenario, yaitu
(1) skenario jangka pendek; (2) menengah; dan (3) skenario jangka
panjang.
Pertama, skenario jangka pendek yaitu implementasi pendekatan
sosial budaya guna pencegahan gerakan separatisme yang tetap
melibatkan pihak keamanan secara proporsional. Argumentasi yang
mendasari skenario jangka pendek adalah selama ini pendekatan sosial
budaya guna pencegahan separatisme belum menjadi pilihan utama.
Setiap gerakan separatisme ditangani dengan pendekatan militeristik
yang seringkali menyentuh ranah HAM yang tidak pernah tuntas di
pengadilan. Kelemahannya cara ini adalah di masyarakat tersimpan
dendam sebagai hotspot bagi pemicu konflik lokal selanjutnya. Di dalam
skenario ini termasuk juga upaya pencerahan masyarakat dan
penguatan nilai sosial budaya sehingga menjadi kekuatan strategis
untuk menyelesaikan gerakan separatisme.
Kedua, Skenario jangka menengah yaitu implementasi
pendekatan sosial budaya guna pencegahan separatisme yang juga
masih diselingi dengan pendekatan keamanan, tapi dalam porsi yang
semakin berkurang. Ini disebabkan eliminasi peran militer dalam
menyelesaikan separatisme di Indonesia belum dapat dilakukan
sepenuhnya. Asumsi dasarnya adalah selama ini pencegahan
separatisme sudah mulai menggunakan pendekatan sosial budaya dan
ternyata menjadi trade mark Indonesia yang dicontoh bangsa lain,
69

