Page 6 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 6
32
stereotip54 warisan masa lalu. Selain itu tugas dakwah (Islam) dan misi
penginjilan (Kristen) dalam prakteknya sering memunculkan friksi-friksi di
tengah masyarakat. Bagaimanpun juga pelaksanaan tugas dakwah dan misi,
akan tetap berlanjut, karena hal ini menyangkut keyakinan komuniter55. Tetapi
hal terpenting yang harus dilakukan adalah bagaimana dakwah dan misi tersebut
dikelolah secara tepat. Oleh karena itu dialog menjadi sebuah jawaban yang
penting. Para pemuka agama harus mulai memikirkan cara-cara dan tata-kelolah
dakwah dan misi. Realitas plural dan potensi rentan mayarakat harus menjadi
bahan pertimbangan bagi para pemuka agama, karena hal tersebut menyakut.
ketertiban dan kenyamanan publik.
Patut dicatat bahwa belakangan ini berlangsung banyak dialog,
khususnya setelah teijadi konflik-konflik SARA di berbagai tempat di
Indonesia. Namun dalam kenyataan sepertinya tidak banyak memberikan
dampak yang singnifikan dalam rangka meminimalisir intensitas konflik. Jika
ditelusuri, maka problem utamanya adalah:
1) Dialog yang terjadi selama ini bukan karena kesadaran dasar dari
para pemuka agama untuk menyikapi perosoalan-persoalan antar
agama, tetapi lebih karena himbauan atau desakan dari pemerintah56;
2) Dialog juga masih terbatas pada level elit agama, yakni para tokoh di
tingkat nasional, dan cenderung lebih merupakan jawaban reaktif
terhadap konflik tertentu57;
54 Stereotip, berasal dari bahasa Yunani - streos - yang berarti solid, dan -tupos (mpoin >- vang berarti
berhenti. Pada mulanya adalah suatu rencan cetakan, yang begitu terbentuk sulit untuk diubah. Stereotip
juga berarti citra atau kesan yang sulit diubuah. Dalam kasus konflik nuansa SARA di Indonesia,
stereotip dipandang sebagai salah satu penyebabnya. Hal tersebut terungkap dalam Forum Cendikiawan
antar-Agama se- Sumatera Utara pada tahun 1998 (disampaikan oleh Anggapan Ginting Suka): bahwa
“tanpa mendalami maknanya orang kristen sescara tidak sadar menganggap bahwa orane islam suka
berperang dan diskriminatif terhadap yang bukang islam. Sementara itu orang islam menganggap bahwa
orang Kristen adalah penyembah tiga Tuhan, penyembah patung, dll. Lihat Prof. Dr. Syahrin Harahap,
MA., Op. cit., hal. 100-103.
55 Bdk. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, Terjemahan oleh Nawawi Rambe Jakarta Bulan-
Bintang, 1957, hal. 27
56Bdk. Drs. D. Hendropuspito, OC.,Qp.cit., hal'. 199
57Bdk. Elga J. Sarapung, Op.cit.

