Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8

34

   13. Implikasi Pemberdayaan Pemuka Agama terhadap Persatuan dan Kesatuan
          Bangsa dan Ketahanan Nasional

            Prof. Syahrin Harahap menyatakan bahwa penyebab utama konflik SARA di
   indonesia adalah masyarakat kehilangan orientasi (disorientasi-dislokasi). Masyarakat
  kehilangan orientasi terhadap arah dan tujuan hidupnya akibat transisi kehidupan yang
  terus berubah. Banyak orang mengalami dislokasi, tidak tahu posisinya di tengah
  tatanan masyarakat yang terus berubah. Ketak-sanggupan menghadapi perubahan social
  ini, sering kali menimbulkan konflik social yang seringkah diikuti dengan konflik
  agama. Tensi social ini akhirnya mereduksi masyarakat pada sentiment suku, agama,
  ras dan antargolongan59. Berdasarkan pada pernyataan Prof Syahrin dan merujuk
  kepada realitas pemberdayaan pemuka agama saat maka implikasinya adalah sebagai
 berikut:

          a. Implikasi Pemberdayaan Pemuka Agama terhadap Persatuan dan
                 Kesatuan Bangsa

                   Harus diakui bahwa kondisi pemberdayaan pemuka agama saat ini
          belum dapat dikatakan maksimal, dalam arti masih diperlukan langkah-langkah
          lebih kongkrit lagi ke depan, baik oleh pemerintah, maupun oleh para pemuka
          agama sendiri. Masih teijadinya konflik-konflik bernuansa SARA dan
          propoganda stereotip selama ini menunjukan bahwa pemberdayaan pemuka
          agama belum maksimal. Jika situasi ini terus berlanjut, maka akan membawa
         dampak yang serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Fragmentasi sosial
         yang didasarkan pada setimen agama lambat-laun akan menggiring bangsa ini
         kepada disintergrasi yang kronis. Jika pemerintah dan para pemuka agama tidak
         memaksimalkan peran dan komitmen masing-masing terhadap entitas agama
         dan problematiknya, maka hal itu dapat menjadi sebuah indikasi yang kontra­
         produktif terhadap keutuhan bangsa. Selama pemerintah sibuk dengan
         pertarungan kepentingan politik, sementara para pemuka agama sibuk dengan
         pembangunan kultis, memperbesar rumah-rumah ibadah, tetapi tidak serius

59Prof Dr. Syahrin Harahap, M.A , Op.cit., hal. 79-82.
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13