Page 7 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 7
23
bila peserta didik memberikan respon terhadap stimulus yang diikuti
dengan rasa senang dan puas terhadap materi yang diajarkan.
Sedangkan menurut Dienes bahwa materi pembelajaran harus
diorientasikan pada peserta didik, sehingga sistem yang
dikembangkan akan menarik bagi peserta didik yang
mempelajarinya. 25 Penggunaan teori ini akan sangat efektif di
perguruan tinggi, terutama dalam kaitannya dengan implementasi
nilai-nilai dasar Pancasila.
10. Tinjauan Pustaka
Notonogoro, menyatakan bahwa Pancasila terdiri atas lima sila,
setiap sila bukanlah asas yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan
dasar ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis. Oleh karena itu,
hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis di mana subjek
pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia.26 Hal ini dapat
dijelaskan bahwa Ketuhanan Yang maha Esa, yang berkemanusiaan,
yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan dan keadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia.
Kaelan menyebutkan bahwa sebagai suatu dasar filsafat, maka
sila-sila dalam Pancasila merupakan suatu sistem nilai dan oleh karena itu
sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang utuh,
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 27 Soewarno menyebutkan
bahwa Pancasila adalah sumber kebudayaan bangsa dan kandungan
jiwa bangsa (volkgeist), yang perlu diimplementasikan dalam konteks
modern. Implementasi nilai Pancasila yang efektif akan menyatu dengan
bangsa melalui pendidikan formal, non formal maupun informal. 28
25 Daniel Muijs. 2001. Effective Teaching, EvidenceandPractice. London : Paul Chapman
Publishing, him. 145.
26 Notogoro. 1975. PancasilaSecaraIlmiah Populer. Jakarta : Pincuran Tujuh, him. 15.
27 Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma, him. 22.
29 Suwarno PJ., 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Kanisius. Yogyakarta, him.
108.

