Page 12 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 12

64

          Eksploitasi intensif migas yang dilakukan selama kurun waktu
50 tahun terakhir, telah mengakibatkan cadangan migas nasional
menurun drastis. Kebanyakan lapangan migas Indonesia pada saat ini
sudah mature yang membutuhkan penerapan teknologi lanjutan
berupa Enhanced O il Recovery agar bisa mempertahankan tingkat
produksi maksimal. Daerah migas telah bergeser dari daerah onshore
di bagian barat Indonesia dengan biaya operasional yang relatif
murah, ke daerah laut dalam (deep water/offshore) bagian timur
Indonesia dengan biaya operasional yang lebih mahal. Oleh karena
itu, Pertamina perlu "go international", untuk mencari lahan-lahan
migas produktif di luar negeri untuk meningkatkan pasokan migas
dalam negeri. Sebagai BUMN, Pemerintah perlu memfasilitasi 'go
intemasionaP'-nya PERTAMINA.

5) Meningkatnya partisipasi perusahaan nasional dan lokal untuk
mendukung industri migas

          Industri hulu migas selama ini difokuskan untuk
memaksimalkan penerimaan negara sebagaimana ditugaskan oleh
APBN. Paradigma industri migas sebagai sumber penerimaan negara
harus digeser (paradigm shift) sehingga menjadi lokomotif
pembangunan nasional. Sebagai lokomotif pembangunan nasional,
migas tidak pertama-tama untuk kepentingan ekspor dalam rangka
mendapatkan devisa tetapi dipergunakan sebagai sumber energi bagi
industri domestik (dikenal sebagai fo rw a rd linkage) dan memberi
peluang bagi industri penunjang migas berperan (dikenal sebagai
downward linkage) (Sihotang, 2003).

6) Meningkatnya pemberian Insentif kepada PERTAMINA
untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi

          Pada saat ini, sebagian besar keuntungan Pertamina dari
kegiatan hulu migas disetorkan ke Kas Negara dalam bentuk
Penerimaan Negara Bukan Pajak dan dividen (bagian laba
pemerintah) untuk membiayai Anggaran Pendapatan Belanja dan
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17