Page 11 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 11
27
Amerika. Secara formal, negara-negara tersebut menyatakan mendukung integrasi
Papua dalam NKRI. Namun ada kelompok yang merupakan aktor non negara (non
state actor) yang secara tidak langsung memberi dukungan kepada kelompok
separatis Papua dengan tujuan-tujuan tertentu.
Aksi kelompok ini biasanya memanfaatkan momentum hari-hari besar yang
berkaitan dengan Papua, misalnya tanggal 1 Desember (dianggap hari
kemerdekaan Papua Barat) atau hari-hari besar internasional lainnya yang diakui
oleh PBB, misalnya hari HAM sedunia. Even ini mereka manfaatkan dengan
membuat aksi dalam bentuk demonstrasi atau pengibaran bendera Bintang Kejora
karena akan mendapatkan liputan media yang cukup gencar. Tema-tema yang
diusung biasanya berkaitan dengan tuntutan peninjauan kembali Pepera, issu
kegagalan Otsus, pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan dan issu-
issu aktual lainnya. Mereka memancing aparat untuk bertindak di luar batas
kepatutan sehingga timbul bentrokan dan ada korban. Korban inilah yang akan
dijadikan martir untuk melakukan demonstrasi selanjutnya.
Aksi demonstrasi tersebut biasanya dikoordinir oleh aktivis separatis Papua
yang berlindung kepada organisasi Dewan Adat Papua (DAP) yang diketuai oleh
Forkorus Yaboisembut. DAP digunakan oleh kelompok separatis sebagai wadah
perjuangan politik dengan berkedok kegiatan kultural atau adat, sehingga kadang-
kadang aparat penegak hukum mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan.
DAP juga melakukan link up dengan Presidium Dewan Papua (PDP) beserta panel-
panelnya dalam menggalang kekuatan politik. Pada even tertentu, kelompok
separatis politik memanfaatkan momentum akibat aksi yang dilakukan oleh
kelompok separatis bersenjata. Indonesia Police Watch (IPW) mencatat kasus
penembakan yang dilakukan kelompok sipil bersenjata kepada TNI dan Polri di
Papua terus menurun dalam lima tahun terakhir. Sepanjang 2013 terdapat 19 orang
tewas, sembilan di antaranya adalah anggota TNI dan seorang polisi. Sementara
pada kurun 2009 hingga 2010 terdapat 41 orang tewas, baik warga biasa maupun
aparat keamanan yang tewas ditembak kelompok sipil bersenjata.
Selanjutnya pada 2011 hingga 2012 terdapat korban sipil 26 orang dan 14 aparat
keamanan yang tewas tertembak. Bahkan, pada awal 2014, tepatnya pada 4
Januari, kelompok sipil bersenjata kembali beraksi dan menyerang pos polisi di
Kulirik, Puncak Jaya, Papua.

