Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9

65

tatanan kepemimpinan nasional. Implementasi yang konsisten dari sikap,
perilaku dan etika kepemimpinan yang dicerminkan oleh elit kepemimpinan
nasional (learning by doing) akan menjadi sumber inpirasi, menumbuhkan
aspirasi, partisipasi dan mendapat legitimasi dari masyarakat, sehingga dapat
menjadi teladan bagi masyarakat yang akan memberikan kotribusi bagi
pembanguan etika politiknya.

b. Kontribusi Membangun Etika Politik Masyarakat Terhadap
Ketahanan Nasional.

          Etika politik bisa berjalan kalau ada penghormatan terhadap
kemanusiaan dan keadilan. Ini merupakan prasyarat dasar yang perlu dijadikan
acuan bersama dalam merumuskan poltik demokratis yang berbasis etika dan
moralitas. Ketidakjelasan secara etis berbagai tindakan politik di negeri ini
membuat keadaban publik saat ini mengalami kehancuran. Keadaban publik
yang hancur inilah yang seringkali merusak wajah hukum, budaya, pendidikan,
dan praktek beragama. Rusaknya sendi-sendi ini membuat wajah masa depan
bangsa ini kabur. Sebuah kekaburan yang disebabkan karena etika tidak
dijadikan acuan dalam kehidupan politik

          Di masa reformasi yang serba boleh ini, kemunduran etika politik para
elite dalam setiap jejak perjalanannya membuat kita menjadi “miris”.
Kemunduran etika politik para elite ini salah satunya ditandai dengan
menonjolnya sikap pragmatisme dalam perilaku politik yang hanya
mementingkan kelompoknya saja serta merajalelanya tindak korusi yang
dilakukan para oknum elit pemimpin nasional disemua kalangan (birokrat,
legislative dan swasta). Kepentingan bangsa, menurut mereka bisa dibangun
hanya melalui kelompoknya, dan masing-masing kelompok berpikir demikian.
Jadi dapat kita pahami bahwa tidak ada yang namanya kepentingan bersama
untuk bangsa, yang ada hanyalah kebersaman yang semu. Seolah-olah
kepentingan bersama, padahal itu hanyalah kepentingan-kepentingan kelompok
yang terkoleksi. Hampir tidak ada kesepakatan di mata para politisi kita tentang
akan dibawa ke mana bangsa ini, karena semua merasa benar sendiri, dan
tidak pernah mau menyadari di balik pendapat yang ia nyatakan, mengandung
kekurangan yang bisa ditutup oleh pendapat kelompok lain. Prinsip menerima
kebenaran pendapat lain sudah mati, dan tertimbun oleh arogansi untuk
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14