Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8

24

kebajikan. Pada era postmodernisme sekarang ini spiritualisme
menguat kembali dimana ciri utamanya adalah dedifrentiation yaitu
menyatukan kembali yang terpisah dalam sebuah totalitas dan
kesatuan. Agama menyatu kembali kepada dunia.

         Pemimpin profetik melaksanakan kepemimpinan melalui empat
hal. Pertama adalah menyucikan jiwa, memberi pembelajaran dan
menguasai informasi dan dinamika kehidupan. Proses penyucian
(furifikasi) dilakukan dengan menetraliser pemikiran, perasaan dan
moral dari muatan negatif. Kedua.kritis dalam menganalisis masalah
yang ada. Pada proses pembelajaran diperlukan penguasaan
epistemologi metode ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Proses
berikutnya adalah pembacaan. Yaitu, suatu proses penguasaan
informasi (konsep, teori dan paradigma dasar).Keempat, pemimpin
profetik bekerja dalam visi jangka panjang. Memiliki prinsip dan fokus
pada apa yang akan dicapainya, tidak menyenangkan hati semua
orang, tidak egois, memahami kebaikan yang harus diambil bersama
dan mengkritisasi pandangan suara terbanyak sebelum mengikutinya.
Model kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro dan model kepemimpinan
profetik, tampaknya sangat cocok digunakan di Perguruan Tinggi di
Indonesia untuk mendukung perannya dalam pembangunan.
Terlebih-lebih bagi Bangsa Indonesia, Pendidikan Tinggi di Indonesia
dipandang sebagai organisasi yang sangat penting karena beberapa
alasan. Pertama, pendidikan tinggi harus menjadi bagian integral
pembangunan nasional dan daerah, merupakan penghubung antara
dunia ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan masyarakat,
melaksanakan pendidikan berdasarkan pola pemikiran yang analitik
dan berorentasi pada pemecahan permasalahan dengan pandangan
masa depan, berpartisipasi dalam perbaikan serta pengembangan
mutu kehidupan dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
penerapannya, pengertian dan kerjasama internasional dalam usaha
mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan umat manusia, dan
memungkinkan terlaksananya pengembangan seluruh kemampuan
serta kepribadian manusia, mobilitas dalam memperoleh pengalaman
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13