Page 9 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 9
25
pendidikan, diversifikasi dan demokratisasi dalam pendidikan dan
proses belajar, mobilisasi sumber masyarakat untuk pendidikan,
pertumbuhan kegairahan riset (Dirjen Dikti dalam Seger Handoyo16.
Kedua, sumbangan pendidikan tinggi yang paling nyata adalah
lulusannya. Kualitas lulusan, dari aspek pengetahuan, ketrampilan,
dan sikapnya, akan sangat menentukan perkembangan bangsa dan
kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa adalah pemimpin masa depan
bangsa. Dalam konteks itu, tantangan pendidikan tinggi adalah
membantu mahasiswa untuk mengembangkan bakat khusus dan
sikap mereka yang memungkinkan mereka untuk menjadi pemimpin
dan agen perubahan sosial yang efektif. Pengembangan
kepemimpinan mahasiswa selain melalui program kurikuler dan ko-
kurikuler, yang tidak kalah pentingnya adalah melalui modeling dari
pemimpin pendidikan tinggi saat ini. Ketiga, Perguruan Tinggi di
Indonesia seringkali juga dituntut untuk menjadi penjaga moral
bangsa.
Implementasi teori kepemimpinan dalam memimpin
masyarakat yang pluralistik menunjukkan arah bahwa pemimpin
nasional harus mempunyai moral dan etika kepemimpinan yang
bersumber dari nilai-nilai dasar Pancasila. Aktualisasi moral
kepemimpinan ini sangat penting apabila dikaitkan dengan tantangan
pembangunan nasional. Moral dan etika kepemimpinan ini tercermin
secara terpadu dalam ke lima sila Pancasila yaitu moral taqwa, moral
kemanusiaan, moral kebersamaan dan kebangsaan, moral
kerakyatan dan moral keadilan. Etika kepemimpinan nasional meliputi
etika keorganisasian, etika kelembagaan, etika kekuasaan dan etika
kebijaksanaan. Sejalan dengan ini maka sangat dibutuhkan integritas
pimpinan. Integritas ini berhubungan dengan dedikasi atau
pengerahan segala daya dan upaya untuk mencapai satu tujuan
organisasi. Pemimpin yang berintegritas akan memiliki karakter
16Seger Handoyo. Posisi Perguruan Tinggi dalam Pembangunan. Jurnal MAKARA, SOSIAL
HUMANIORA, VOL 14, NO. 2, DESEMBER 2010.