Page 8 - Perpustakaan Lemhannas RI
P. 8
90
nasional, maka kebijakan yang diambil adalah “Optimalisasi pendidikan
karakter bagi sekolah vokasional meialui penghapusan tradisi
kekerasan, menguatnya peran pemerintah dalam upaya penajaman
pendidikan karakter, menguatnya pengaruh pendidikan karakter bagi
siswa pendidikan vokasional, dan tersusunnya konsep pendidikan
karakter yang operasional guna terciptanya sumberdaya manusia
yang berkualitas dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional”.
26. Strategi
Berdasarkan pada rumusan kebijakan di atas, maka strategi yang
diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Strategi 1: Penghapusan tradisi kekerasan yang
menghambat terbentuknya sumberdaya manusia yang
handal dan kompeten
Strategi ini berorientasi pada upaya-upaya kongkret
menghapus tradisi kekerasan yang mewarnai berbagai aktifitas
civitas academica lembaga pendidikan vokasional, meialui
perancangan besar (grand-design) aktifitas dan materi-materi
pendidikan karakter yang berinduk kepada nilai-nilai Pancasila, UUD
1945, dan Ketahanan Nasional.
Selama ini, beragam aktifitas di lingkungan institusi
pendidikan vokasional—terutama dalam proses pengasuhan atau
bimbingan—dilakukan nyaris tanpa mempertimbangkan
pembangunan karakter anti kekerasan. Atau, kalau pun ada,
batasannya relatif longgar.40
Akibatnya, pemahaman mengenai apa yang dinamakan
tindak kekerasan pun menjadi kabur. Tindak kekerasan hanya
40 Faktor terpenting yang selalu lepas dari analisa mengenai institusi pendidikan
vokasional 'bermasalah' adalah, persepsi kewajaran pada superioritas senior. Senior
dianggap wajar memiliki posisi lebih tinggi dibanding junior, karena dia/mereka turut
mengasuh atau memberikan bimbingan kepada para juniornya. Senior dalam konteks ini
menjadi kepanjangan tangan dari para pendidik (dosen) dan institusi vokasional itu sendiri.
Hingga bila terjadi insiden, maka itu dianggap kasuistik.